Hari Tak Terlupakan
July 2014. Bulan tersebut sangat berkesan bagiku. Ini dimulai dari hari pertamaku sekolah. Aku yang saat itu naik ke kelas 3 SMP masuk sekolah untuk daftar ulang dan aku kembali bisa mengobrol bersama teman-temanku dan tertawa bersama. Setelah selesai segala keperluanku di sekolah , aku segera pulang untuk istiraha, karena aku baru kembali ke Serang setelah liburanku di rumah kakeku di Bandung. Karena masih terbawa suasana liburan, kegiatanku di rumah hanya bersantai,bermain game, dan aktivitas lainnya yang biasa dilakukan saat liburan.
Pada sore harinya aku membantu ibuku untuk merapikan rumah karena ayahku mendapat kabar bahwa pamanku akan datang dari Bandung untuk urusan pekerjaan. Selesainya aku membantu ibu, aku ,ayahku, ibuku, dan adiku menunggu kedatangan pamanku. Saat hari menjelang malam terdengar suara mobil di depan rumah. Ternyata pamanku yang ditunggu telah datang dan kami pun menyambutnya. Kami lalu makan malam bersama, juga tidak lupa kami berbincang bincang dengannya, khususnya menanyakan keadaan kakeku yang akhir akhir ini penyakit kankernya bertambah parah. Setelah kami berbincang bincang kami semua tidur untuk menghilangkan rasa lelah dari aktivitas kami.
Paginya sekitar jam 5, aku bangun untuk merapikan tempat tidur, mandi, lalu sholat. Aku sempat bertanya ada dimana ayahku kepada ibuku. Ternyata ayahku sedang mengambil obat kakeku di Jakarta, memang itu kegiatan ayahku setiap bulan srjak kakeku dinyatakan mengidap kkanker. Setelah itu aku bersiap sekolah, lalu saat akan berangkat, neneku menelepon pamanku bahwa semua diminta ke segera ke Bandung karena kakeku masuk rumah sakit. Memang ini bukan pertama kalinya kakeku masuk rumah sakit namun kali ini terasa lebih panik. Sekitar jam 8 setelah ayahku kembali dari Jakarta dengan pamanju mengendarai mobil, ayahku yang duduk di depan, dan aku, ibuku, juga adiku duduk di tengah segera melaju dengan cepat. Kami srmpat beristirahat di tempat peristirahatan jalan tol. Setelah itu kami dengan segera melanjutkan perjalanan. Seiring bunyi telepon dari neneku dan keluargaku yang telah ada di rumah sakit, semakin melaju kencang mobil kami.
Pada sore harinya aku membantu ibuku untuk merapikan rumah karena ayahku mendapat kabar bahwa pamanku akan datang dari Bandung untuk urusan pekerjaan. Selesainya aku membantu ibu, aku ,ayahku, ibuku, dan adiku menunggu kedatangan pamanku. Saat hari menjelang malam terdengar suara mobil di depan rumah. Ternyata pamanku yang ditunggu telah datang dan kami pun menyambutnya. Kami lalu makan malam bersama, juga tidak lupa kami berbincang bincang dengannya, khususnya menanyakan keadaan kakeku yang akhir akhir ini penyakit kankernya bertambah parah. Setelah kami berbincang bincang kami semua tidur untuk menghilangkan rasa lelah dari aktivitas kami.
Paginya sekitar jam 5, aku bangun untuk merapikan tempat tidur, mandi, lalu sholat. Aku sempat bertanya ada dimana ayahku kepada ibuku. Ternyata ayahku sedang mengambil obat kakeku di Jakarta, memang itu kegiatan ayahku setiap bulan srjak kakeku dinyatakan mengidap kkanker. Setelah itu aku bersiap sekolah, lalu saat akan berangkat, neneku menelepon pamanku bahwa semua diminta ke segera ke Bandung karena kakeku masuk rumah sakit. Memang ini bukan pertama kalinya kakeku masuk rumah sakit namun kali ini terasa lebih panik. Sekitar jam 8 setelah ayahku kembali dari Jakarta dengan pamanju mengendarai mobil, ayahku yang duduk di depan, dan aku, ibuku, juga adiku duduk di tengah segera melaju dengan cepat. Kami srmpat beristirahat di tempat peristirahatan jalan tol. Setelah itu kami dengan segera melanjutkan perjalanan. Seiring bunyi telepon dari neneku dan keluargaku yang telah ada di rumah sakit, semakin melaju kencang mobil kami.
Kira kira setelah 4 jam, kami sampai di Bandung. Kami langsung pergi menujh rumah sakit. Setelah sampai dengan cepat kami langsung menuju ruangannya. Kami langsung masuk dan duduk di ruangan tersebut tanpa berhenti berdoa untuk kakeku. Saat itu suasana di ruangan tersebut sangat sedih, ditambah dokter yang memberitahu kepada ayahku bahwa kakek keadannya sudah sangat drop. Tapi kami semua menahan tangis untuk menenangkan keadaan.
Sekitar 1.30 kakek yang terus dibisikan sholawat dan ayat ayat agama lainya oleh ayahku, meminta untuk semua alat medis yang terpasang pada tubuhnya untuk dilepas dan meminta tubuhnya dimiringkan agar menghadap ke arah kiblat. Setelah itu srkitar 1.45 kakeku menghembuskan nafas terakhirnya. Kami semua tidak mampu menahan tangis kamu. Tetapi kami beruntung karena kami dapat berada di sisi kakek untuk pertama kalinya. Pamanku yang tinggal di Jakarta menerima kabar di perjalanan bahwa kakek sudah tiada.
Hari Rabu,16 Juli 2014 pukul 1.54 tidak akan terlupakan olehku bukan hanya karena wafatnya kakeku tetapi saat itu juga aku melihat orang yang sempurna, dia yang dalam keadaan sangat sekarat saja masih mementingkan agama, itu sangat mengetuk pintu hatiku karena aku yang masih sehat saja jarang beribadah. Dan kebaikan, candaan, tawanya, bicaranya yang tak akan kulupakan. Hingga saat ini tidak lupa aku berdoa untuk kebaikannya. Aku hanya berharap kakek mendapat terbaikNya, di sisi Allah SWT.
Oleh
Rayhan Naufal Altavin
Komentar
Posting Komentar